Pada bulan September, ribuan warga dan wisatawan berkumpul di Desa Cigugur, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan untuk menghadiri tradisi tahunan Seren Taun. Acara ini merupakan salah satu perayaan adat Sunda yang terus dijaga selama berabad-abad sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.
Seren Taun yang diadakan di Paseban Tri Panca Tunggal, pusat spiritual dan budaya Sunda di Cigugur, menjadi momen istimewa di mana masyarakat dari berbagai daerah datang untuk menyaksikan ritual-ritual sakral. Tradisi ini dihadiri oleh tokoh adat, pemangku budaya, serta masyarakat dari kalangan petani hingga pejabat pemerintah daerah.
Rangkaian acara dimulai dengan iring-iringan Ngagondang, di mana bunyi rampak kendang dan angklung memeriahkan suasana. Para peserta membawa hasil bumi seperti padi, jagung, dan sayuran yang akan dipersembahkan kepada leluhur dan Tuhan Yang Maha Esa sebagai simbol rasa syukur. Puncak acara adalah prosesi ngais atau penyerahan hasil panen kepada pemimpin adat, sebagai simbol berakhirnya masa panen dan dimulainya tahun baru pertanian.
Bupati Kuningan dalam sambutannya mengatakan, "Seren Taun bukan hanya sekadar ritual adat, tetapi juga menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya menjaga alam dan tradisi nenek moyang. Kami berharap generasi muda terus melestarikan kebudayaan ini."
Selain prosesi adat, Seren Taun juga diisi dengan berbagai kegiatan budaya seperti tari-tarian tradisional, pameran kerajinan tangan khas Sunda, dan bazar kuliner lokal. Acara ini sekaligus menjadi ajang silaturahmi antarwarga dan wisatawan, serta bentuk promosi kekayaan budaya dan wisata Kabupaten Kuningan.
Kehadiran acara ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam dan budaya. Tradisi Seren Taun yang terus dilestarikan setiap tahunnya merupakan wujud nyata kecintaan masyarakat Sunda terhadap warisan leluhur mereka.
Seren Taun di Paseban Kuningan, selain sebagai ungkapan syukur, juga menjadi pengingat bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada harmonisasi dengan alam. Tradisi ini diharapkan tetap lestari dan terus menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Sunda di masa yang akan datang.